Dalam hal mengonsumsi
garam, tirulah orang Eskimo, warga Dayak, atau Indian Inca. Mereka
nyaris tidak makan garam, tapi tetap bisa hidup. Menu mereka cenderung
hambar, namun tidak ada yang kurang dalam kelangsungan kerja mesin
tubuhnya. Dan memang seperti itulah yang sesungguhnya tubuh kita
butuhkan. Menu asin terbentuk lebih karena budaya orang urban manakala
rasa enak garam dapur ditemukan. Budaya gemar garam begini yang tanpa
disadari telah merongrong ginjal orang-orang di dunia untuk bekerja
lebih keras membuang kelebihan natrium (sodium) dari garam yang ditelan
setiap hari.
Padahal, tubuh tidak memerlukan garam sebanyak
kebiasaan budaya makan kita. Garam dikenal identik dengan penyakit darah
tinggi. Itu sebab bukan cuma orang gedongan yang bisa kena darah
tinggi, jika masih banyak rakyat kecil yang menu hariannya ikan asin.
Dalam garam dapur terkandung unsur natrium dan klor (NaCl). Unsur
natrium penting untuk mengatur keseimbangan cairan di dalam tubuh,
selain bertugas dalam transmisi saraf dan kerja otot.
Boleh Tidak Makan Garam
Kita boleh tidak makan garam, asal ada natrium dalam menu harian.
Banyak menu harian yang menyimpan natrium dan itu sudah bisa mencukupi
kebutuhan tubuh. Namun, oleh karena natrium yang secara alami terkandung
dalam bahan makanan tidak berikatan dengan klor, maka tak memberi cita
rasa asin pada lidah kita. Itu berarti, kendati menu yang kita konsumsi
tanpa garam atau tak bercita rasa asin, tidak berarti tubuh tak
memperoleh kecukupan natrium. Demikian pula kebanyakan menu harian orang
Eskimo, Dayak, dan Indian yang tidak asin namun tubuh tidak kekurangan
natrium.
Tubuh membutuhkan kurang dari tujuh gram garam dapur
sehari atau setara dengan 3.000 mg natrium. Kebanyakan menu harian kita
memberi berlipat-lipat kali lebih banyak dari itu. Selain meninggikan
tekanan darah, kerja ginjal jadi jauh lebih berat untuk membuangnya.
Jika sangat berlebihan bisa membuat pikiran kacau dan jatuh koma. Satu
sendok teh garam dapur berisi 2.000 mg natrium. Natrium yang terkandung
dalam setiap menu modern rata-rata sekitar 500 mg. Pada takaran itu
ginjal sudah perlu lembur untuk tetap mempertahankan keseimbangan cairan
dan asam-basa agar mesin tubuh tak kacau dari penyakit akibat kelebihan
natrium tidak sampai muncul.
Jenis makanan yang banyak
mengandung natrium, antara lain, soda kue, bubuk soda sebagai pengawet,
obat pencahar (laxative), menu yang dipanggang, keju, makanan kaleng dan
laut (seafood), serta padi-padian (cereals). Bagi yang pantang garam,
juga perlu menjauhi jenis sumber natrium tinggi ini. Jenis makanan yang
rendah natrium, antara lain, buah dan sayur-mayur segar, daging dan
unggas segar, jenis cereals dan gandum yang dimasak.
Bukan Cuma darah Tinggi
Bukan cuma darah tinggi, orang yang mengidap penyakit jantung dan
tungkainya bengkak, perlu membatasi asupan natrium juga. Begitu juga
jika mengidap penyakit ginjal, keracunan kehamilan (toxemia gravidarum),
dan gangguan hati. Termasuk mereka yang sedang menjalani terapi dengan
obat golongan corticosteroid (pasien asam kena penyakit autoimmune,
kulit, ginjal nephritic syndrome).
Namun, jika pantang garam
kelewat ketat bisa berbahaya juga. Kekurangan natrium dan klor secara
drastis bisa menjadi beban lain bagi ginjal, dengan gejala pembengkakan
(oedema) juga. Kaki bengkak lantaran penyakit jantung, hati, atau
ginjal, berbeda dengan bengkak karena kekurangan natrium.
Jumat, 01 Juni 2012
Kesehatan dan Konsumsi Garam
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar