Lawang sewu merupakan salah satu sosok bangunan yang berdiri tegak,
tegar menatap perkembangan kota Semarang. Letaknya tepat di jantung
utama kota tersebut, di salah satu sisi persimpangan Tugu Muda,
strategis, terbuka luas dan mudah sekali menemukannya [kalau sampai
kesasar kebangeten banget Tempat ini secara hukum berada di bawah
kekuasaan dinas PJKA [kelihatannya sekarang instansi ini berubah nama
menjadi perum atau persero]. Bangunannya tegak berdiri selama [mungkin]
seabad lebih, dibangun oleh bangsa Belanda yang sempat merasakan
nikmatnya bumi Nusantara.
Kenapa dinamakan Lawang Sewu ? Lawang
Sewu terdiri dari kata Lawang dan Sewu. Lawang artinya adalah pintu, dan
Sewu berarti seribu. Bila diartikan secara harfiah menjadi Seribu
Pintu. Entah siapa yang menamakan bangunan tersebut dengan Lawang Sewu,
yang jelas nama tersebut tetap lekat hingga saat ini. Dari namanya jelas
komponen pintu menonjol, karena pintu yang terdapat di ruangan ini
sangat banyak [penulis belum pernah menghitung secara pasti]. Kabarnya,
dulu bangunan ini adalah bangunan untuk pengurusan administrasi dan
kemiliteran bangsa Belanda yang ada di Semarang.
Bangunan Tugu
muda terbuat dari campuran bata, semen, pasir, kayu [jati tentunya],
sebenarnya komponen dasarnya biasa saja, seperti bangunan saat ini.
Namun ada beberapa yang membedakannya dengan bangunan-bangunan
kontemporer, diantaranya adalah kualitas bahan bangunan, desain, serta
tentu saja kualitas pengerjaannya. Lantai yang digunakan masih tetap
sama, pondasi yang menopang keseluruhan bangunan belum banyak berubah,
panel jendela dan pintu [sebagian besar] masih relatif sama, bahkan
material untuk teras belum berubah, mungkin hanya mengalami pengecatan
di sana sini.
Struktur bangunan terdiri dari dua buah lantai,
ruangan bawah tanah, serta beberapa bangunan yang berdiri terpisah
[kelihatannya sekitar 4 buah bangunan kecil mengelilinginya]. Lantai
pertama [akhir-akhir ini] kadang-kadang digunakan untuk menyelenggarakan
ajang eksibisi, namun lantai kedua dan lantai bawah tanah biasanya
tertutup untuk umum. Bangunan-bangunan penunjang yang mengelilinginya
dibiarkan terbengkalai, kecuali salah satu bangunan yang terletak di
sisi timur yang digunakan sebagai tempat tinggal.
Kondisi
bangunan secara umum menurut penilaian masuk ke kategori memprihatinkan
hingga sangat memprihatinkan. Mengingat kebesaran namanya yang disandang
hingga kini, bangunan ini sangat tidak terawat, perawatan yang
diberikan tidak sebanding dengan nilai historis yang terdapat disana.
Kaca jendela yang terbuat dari kaca sudah banyak [sekali] yang pecah,
beberapa pintu sudah rusak, rumput yang tinggi dan tak terawat di sisi
tengah maupun belakang bangunan, lantai yang kotor dan kusam.
Lawang
Sewu menyimpan nuansa mistis, hal ini bukan merupakan opini pribadi
melainkan kenyataan yang sudah dibuktikan oleh berbagai pihak. Pemirsa
tayangan misteri Dunia Lain yang ditayang kan di TransTV mungkin pernah
menyaksikan uji nyali yang dilakukan di bangunan ini dan hasilnya
peserta yang bersangkutan gagal untuk menyelesaikan tugasnya. Pada
tayangan tersebut terlihat sosok bayangan menyerupai wanita berambut
panjang dengan pakaian putih yang datang mendekat ke peserta uji nyali
tersebut. Sosok tersebut terlihat jelas di rekaman video. Selain itu
banyak sekali kejadian [kebanyakan masih berupa cerita] mistik yang
disaksian oleh orang-orang di sekitar area Lawang Sewu.
Pernah
tersiar kabar bahwa Lawang Sewu akan dijadikan hotel beberapa tahun
silam, namun sepertinya hal tersebut tidak pernah terlaksana. Faktor
penyebab tidak terlaksana pembangunan tersebut juga tidak jelas hingga
sekarang.
Ada beberapa hal menarik sehubungan dengan Lawang Sewu,
diantaranya adalah adanya lorong yang menghubungkan antara Lawang Sewu,
SMAN 3 Semarang [di Jalan Bodjong atau Pemuda] dan SMAN 1 Semarang
[jalan Mentri Soepeno]. Lorong tersebut digunakan oleh para pejuang
kemerdekaan untuk lolos dari kejaran musuh. Pada saat saya menanyakan
hal tersebut dengan salah satu orang yang “tahu banyak”, dia mengatakan
bahwa lorong tersebut telah ditutup dan tidak diketahui keberadaannya.
Sayang sekali bila hal tersebut tidak terdokumentasi dengan baik. Karena
aset sejarah semacam ini sangat langka di dunia, mungkin bila para
profesional dunia film berniat untuk mengangkatnya ke layar kaca ataupun
layar perak dengan sedikit tambahan cerita yang kuat, pasti akan
berpengaruh banyak.
Belum lagi mengenai kisah tengkorak yang
ditemukan di salah satu ruangan bawah tanah yang [kabarnya] berjumlah
sangat banyak, kemudian kisah pembantaian serta kekejaman perang yang
pernah terjadi di bangunan ini.
Selasa, 22 Mei 2012
Lawang Sewu, Semarang
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar